diwaluhinya.blogspot.com -
Yang kuliah di Fisip Unmul pasti kenal dengan Drs H Sudjaja MS. Beliau adalah dosen yang ramah dan suka bercanda. Pembawaan nya pun tenang dan tidak mudah marah.
Suatu ketika dalam kuliah beliau pernah berkata
Suatu ketika dalam kuliah beliau pernah berkata
“orang yang tinggal dikampung belum tentu kampungan, tapi orang yang tinggal dikota bisa saja bersikap kampungan. Misalkan saja seseorang yang tinggal dikampung, tapi berperilaku seperti orang kota dalam hal tata tertib atau mungkin bisa diukur dari peralatan yang dimilikinya. Orang tersebut tidak bisa dikatakan kampungan meskipun tinggal dikampung”
(kalimat itu tidak sama persis seperti yang saya dengar 5 tahun yang lalu, tapi intinya seperti itu yang beliau sampaikan).
Sebagai contoh yang pernah saya lihat. Ada sebuah tambang yang terletak di salah satu kabupaten di Kaltim. Tambang itu berada jauh ditengah hutan, namun mereka menetapkan aturan yang sangat ketat jika berada didalamnya. Misalkan saja aturan membuang sampah, aturan tempat yang diizinkan merokok, aturan berpakaian dan lain sebagainya. Selain itu perilaku berkendara juga diatur, misalkan berhenti sejenak apabila ada persimpangan, larangan mendahului, atau aturan membunyikan klakson saat akan mundur dan lain sebagainya.
Aturan dan tata tertib itulah yang menjadikan kawasan itu menjadi hidup dan nyaman dan membuat kita seolah merasa ada di Kota meskipun sebenarnya kita berada ditengah hutan.
Nah, pagi tadi saya bawa mobil dari arah Ciptomangunkusumo hendak naik kejembatan mahakam, dan seperti biasa rutinitas pagi di jam kerja, kawasan itu selalu macet bagi roda 4, sedangkan buat roda 2 pasti aman dan lancar. Kendaraan roda 4 biasanya antri sampai kedepan PLTD keledang. Namun disela-sela kemacetan itu selalu ada saja yang nggak mau antri, melawan arus dan menerobos tanda larangan belok kiri, dan jumlah mereka tidak sedikit. Dari “mobil murah” sampai mobil mahal terlihat ada saja yang melakukan pelanggaran.
Ini adalah bukti bahwa jika seseorang tinggal dikota, memiliki rumah bagus dan kendaraan mewah tidak menjamin bahwa dia akan menjadi orang Kota. Tapi justru sikap dan perilaku orang tersebut yang menentukan apakah dia layak menyandang gelar sebagai “orang kota” atau hanya sekedar masyarakat kampungan yang tinggal dikota.
Sungguh ironis jika melihat perilaku tidak tertib ini ada disekililing kita. Dan itu justru meruntuhkan Cita-cita masyrakat Samarinda yang sangat ingin kotanya menjadi maju dan berkembang.
Sebagai contoh yang pernah saya lihat. Ada sebuah tambang yang terletak di salah satu kabupaten di Kaltim. Tambang itu berada jauh ditengah hutan, namun mereka menetapkan aturan yang sangat ketat jika berada didalamnya. Misalkan saja aturan membuang sampah, aturan tempat yang diizinkan merokok, aturan berpakaian dan lain sebagainya. Selain itu perilaku berkendara juga diatur, misalkan berhenti sejenak apabila ada persimpangan, larangan mendahului, atau aturan membunyikan klakson saat akan mundur dan lain sebagainya.
Aturan dan tata tertib itulah yang menjadikan kawasan itu menjadi hidup dan nyaman dan membuat kita seolah merasa ada di Kota meskipun sebenarnya kita berada ditengah hutan.
Nah, pagi tadi saya bawa mobil dari arah Ciptomangunkusumo hendak naik kejembatan mahakam, dan seperti biasa rutinitas pagi di jam kerja, kawasan itu selalu macet bagi roda 4, sedangkan buat roda 2 pasti aman dan lancar. Kendaraan roda 4 biasanya antri sampai kedepan PLTD keledang. Namun disela-sela kemacetan itu selalu ada saja yang nggak mau antri, melawan arus dan menerobos tanda larangan belok kiri, dan jumlah mereka tidak sedikit. Dari “mobil murah” sampai mobil mahal terlihat ada saja yang melakukan pelanggaran.
Ini adalah bukti bahwa jika seseorang tinggal dikota, memiliki rumah bagus dan kendaraan mewah tidak menjamin bahwa dia akan menjadi orang Kota. Tapi justru sikap dan perilaku orang tersebut yang menentukan apakah dia layak menyandang gelar sebagai “orang kota” atau hanya sekedar masyarakat kampungan yang tinggal dikota.
Sungguh ironis jika melihat perilaku tidak tertib ini ada disekililing kita. Dan itu justru meruntuhkan Cita-cita masyrakat Samarinda yang sangat ingin kotanya menjadi maju dan berkembang.
Pertanyaan sederhana yang timbul didalam hatiku
“Mungkinkah Samarinda menjadi sebuah kota, jika perilaku manusianya masih kampungan seperti ini?”
“Mungkinkah Samarinda menjadi sebuah kota, jika perilaku manusianya masih kampungan seperti ini?”
Ah.. jawabanku tidak penting…
Tanyalah kedalam hati kalian masing-masing, dan kalian akan temukan jawabannya
Tanyalah kedalam hati kalian masing-masing, dan kalian akan temukan jawabannya
Kalau kada biasa begadang siangnya pasti ngantuk banar.
paling nyaman ngantuk pas puasa kaya ini heh.
malam keuyuhan bulik tarawih, habis itu subuhnya bangun hancap gasan sahur.
habis sahur tu kada kawa langsung guring pang, sakit parut mun langsung guring. jadinya ditunggui ai sampai subuh.
bagi sebagian urang, kada bulih jar guring habis sembahyang subuh. pamali.
tapi unda termasuk yang guring habis sembahyang subuh. napa kada kawa ditahan lagi mata.
habis itu pulang jam setengah 7 bangun pulang, besiap-siap gasan tulak bagawi.
apa pang lagi dikantor ngantuk haja ai dapatnya.
nah ini tips supaya ngantuk dikantor bisa berkurang.
paling nyaman ngantuk pas puasa kaya ini heh.
malam keuyuhan bulik tarawih, habis itu subuhnya bangun hancap gasan sahur.
habis sahur tu kada kawa langsung guring pang, sakit parut mun langsung guring. jadinya ditunggui ai sampai subuh.
bagi sebagian urang, kada bulih jar guring habis sembahyang subuh. pamali.
tapi unda termasuk yang guring habis sembahyang subuh. napa kada kawa ditahan lagi mata.
habis itu pulang jam setengah 7 bangun pulang, besiap-siap gasan tulak bagawi.
apa pang lagi dikantor ngantuk haja ai dapatnya.
nah ini tips supaya ngantuk dikantor bisa berkurang.
- Jangan duduk diruangan AC.
tahu sorang mun duduk diruangan AC tu rasa nyaman banar handak guring.
jadi mendingan pindah aja keruangan yang kedada AC nya - Bebasuh Muha
rancaki bebasuh muha biar kada ngantuk. biar sigar jua muha dapatnya. - Cari kawan gasan bekisahan
mun teungut sorangan tu bisa meolah ngantuk. cobai pang bawa bekesahan lawan kekawanan. biasanya sigar jua mata mun mehalabiu lawan kekawalan - Guring setumat
jangan lawas-lawas guring nya. paling sepuluh menit sudah kawa mengembalikan stamina yang hilang. - Minum segelas kopi.
ini sudah jurus paling ampuh mengatasi ngantuk. gulanya sedikit haja jangan banyak-banyak. dijamin ngantuk bisa hilang dan gawian kawa dilanjutkan lagi.
nah sekiranya itu haja saran ulun dalam mengatasi ngantuk dibulan puasa.
mun ada yang salah pinanya itu cuma kesalahan yang disinghajakan.
haha...