Follow Me

Kampungan Atau Kotaan?



By  Akhmad Wahyudi     14.39    Label: 
diwaluhinya.blogspot.com -
Yang kuliah di Fisip Unmul pasti kenal dengan Drs H Sudjaja MS. Beliau adalah dosen yang ramah dan suka bercanda. Pembawaan nya pun tenang dan tidak mudah marah.
Suatu ketika dalam kuliah beliau pernah berkata
“orang yang tinggal dikampung belum tentu kampungan, tapi orang yang tinggal dikota bisa saja bersikap kampungan. Misalkan saja seseorang yang tinggal dikampung, tapi berperilaku seperti orang kota dalam hal tata tertib atau mungkin bisa diukur dari peralatan yang dimilikinya. Orang tersebut tidak bisa dikatakan kampungan meskipun tinggal dikampung”
(kalimat itu tidak sama persis seperti yang saya dengar 5 tahun yang lalu, tapi intinya seperti itu yang beliau sampaikan).
Sebagai contoh yang pernah saya lihat. Ada sebuah tambang yang terletak di salah satu kabupaten di Kaltim. Tambang itu berada jauh ditengah hutan, namun mereka menetapkan aturan yang sangat ketat jika berada didalamnya. Misalkan saja aturan membuang sampah, aturan tempat yang diizinkan merokok, aturan berpakaian dan lain sebagainya. Selain itu perilaku berkendara juga diatur, misalkan berhenti sejenak apabila ada persimpangan, larangan mendahului, atau aturan membunyikan klakson saat akan mundur dan lain sebagainya.
Aturan dan tata tertib itulah yang menjadikan kawasan itu menjadi hidup dan nyaman dan membuat kita seolah merasa ada di Kota meskipun sebenarnya kita berada ditengah hutan.
Nah, pagi tadi saya bawa mobil dari arah Ciptomangunkusumo hendak naik kejembatan mahakam, dan seperti biasa rutinitas pagi di jam kerja, kawasan itu selalu macet bagi roda 4, sedangkan buat roda 2 pasti aman dan lancar. Kendaraan roda 4 biasanya antri sampai kedepan PLTD keledang. Namun disela-sela kemacetan itu selalu ada saja yang nggak mau antri, melawan arus dan menerobos tanda larangan belok kiri, dan jumlah mereka tidak sedikit. Dari “mobil murah” sampai mobil mahal terlihat ada saja yang melakukan pelanggaran.
Ini adalah bukti bahwa jika seseorang tinggal dikota, memiliki rumah bagus dan kendaraan mewah tidak menjamin bahwa dia akan menjadi orang Kota. Tapi justru sikap dan perilaku orang tersebut yang menentukan apakah dia layak menyandang gelar sebagai “orang kota” atau hanya sekedar masyarakat kampungan yang tinggal dikota.
Sungguh ironis jika melihat perilaku tidak tertib ini ada disekililing kita. Dan itu justru meruntuhkan Cita-cita masyrakat Samarinda yang sangat ingin kotanya menjadi maju dan berkembang.
Pertanyaan sederhana yang timbul didalam hatiku
“Mungkinkah Samarinda menjadi sebuah kota, jika perilaku manusianya masih kampungan seperti ini?”
Ah.. jawabanku tidak penting…
Tanyalah kedalam hati kalian masing-masing, dan kalian akan temukan jawabannya


About Akhmad Wahyudi

Apa gerang? handak tahu aja lawan author description.. unda haja bingung handak meisikan apa disini

1 komentar:

tinggalkan komen disini wal


Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Translate